Kemunculan kue tradisional yang
bermula hanya disajikan sebagai panganan saat tamu berkunjung, arisan, dan
silaturahim antar kerabat ternyata dijadikan bisnis oleh sebagian masyarakat.
Ternyata peluang tersebut digeluti seorang wanita kelahiran Sukabumi, Ibu
Hanita, pemilik Toko Kue Irma. Pada 1980 Toko Kue Irma didirikan, meskipun saat
itu hanya bisnis rumahan. Bekal dan warisan ilmu orang tua, membuat Ny. Hanita
melanjutkan semangat ibundanya memulai bisnis kue tersebut.Perbekalan yang
cukup membawanya percaya diri untuk terjun di dunia bisnis. Ternyata memang
dahsyat efek dari pemasaran melalui mulut ke mulut, yang merupakan satu
penentu kesuksesan atau kehancuran sebuah bisnis. Akan tetapi, dalam
sejarah Toko Kue Irma, pemasaran cara ini menjadi pengubah besar dalam
usahanya.
Toko yang berada di Jalan Gelong
Baru Barat I No. 42, Tomang, Jakarta Barat awalnya pun bukan berpusat
pada kue-kue tradisional, melainkan pada penawaran 3 macam pastry, yaitu Pisang
Molen, Chicken Pie, dan Saucys Broad yang disediakan untuk pesanan kecil. Permintaan
ternyata cukup bagus. Pasar menerima dengan tangan terbuka. Kritikan dan
masukan bermunculan, Toko Kue Irma pun menggali daya kreasi menuju ke bisnis
kue-kue tradisional. Pemasarannya meningkat, dari instansi pemerintah, acara
perkantoran, ulang tahun, gathering, dan lain-lain. Sampai saat ini, Toko Kue
Irma mampu menjajakan puluhan macam kue tradisional, seperti gorengan, aneka
kue basah, jajanan pasar, dan kue ala Barat lainnya, seperti pastry, roti, kue
kering, cake, dan snack.
Sukses yang selama ini hanya
mimpi, kini sudah dalam gengaman tangan. Hingga kini toko yang memasang brand
dari salah satu anak kandungnya, Irma, per hari bisa mencapi stok 1200 buah
dari puluhan ragam kue tradisional. Tidak hanya itu, toko ini mampu
mempekerjakan 110 karyawan untuk 5 outlet-nya. Lima outlet itu berada di
kawasan kampus Trisakti, Departemen Keuangan, Kemanggisan, Pesanggrahan, dan
Tomang. Kesuksesan tidak hanya itu, tercatat dalam rekor MURI, pada 2005
Toko Kue Irma berhasil meraih penghargaan setelah berhasil membuat Roti Buaya,
kue khas Betawi, sebesar 5,6 meter bersama IWAPI dan IKABOGA.Kendala Tetap Ada.
Meskipun kesuksesan dalam genggaman, kendala tetap ada baik dari dalam maupun
dari luar. Bisnis ini memang masih berjalan dengan menggunakan tenaga manusia.
Tentunya kekuatan manusia dapat naik turun. Namun, sistem standardisasi yang
menjadi acuan, rasa dan bentuk diantisipasi tidak berubah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar